Pertanyaan
Alhamdulillah.
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
rabb-rabb selain Allah..” (Q.S At-Taubah : 32).
Adi bin Hatim berkata: “Wahai Rasulullah! Dahulu kami tidak pernah menyembah
mereka.” Rasulullah bertanya: “Bukankah mereka menghalalkan yang
diharamkan Allah, lalu kalian ikut menghalalkannya, dan mengharamkan yang
dihalalkan Allah, dan kalianpun turut mengharamkannya?” Adi menjawab:
“Benar wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Itulah bentuk ibadah
kepada mereka.”
Jadi orang-orang Nashrani yang menaati para rahib mereka dalam berbuat maksiat
dengan keyakinan membolak-balik yang halal dan yang haram dengan mengikuti
pendapat para rahib tersebut, dianggap ibadah kepada selain Allah. Itu termasuk
perbuatan syirik besar yang bertentangan dengan tauhid. Adapun berkenaan dengan
pertanyaan, bila orang yang menaati orang tuanya misalnya dalam berbuat maksiat
itu meyakini bahwa perbuatannya itu maksiat, dianggap ia memperturutkan hawa
nafsu, bukan ketaatannya yang dimaksud di atas. Atau bila ia melakukannya
karena takut dihukum oleh kedua orang tuanya bila tidak sampai tingkat “dalam
paksaan”, maka ia berdosa, berbuat maksiat dan melanggar sabda Nabi:
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah
Azza wa Jalla.” Diriwayatkan oleh Ahmad (1041), dan hadits itu shahih.
Namun dengan perbuatan itu, si anak tidaklah menjadi musyrik. Akan tetapi
apabila si anak berkeyakinan bahwa ucapan orang tuanya itu dapat menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal, maka ia telah melakukan perbuatan
syirik besar.
Seyogyanya seorang muslim itu memerangi dirinya sendiri agar hawa nafsunya
mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mendahulukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya daripada ketaatan kepada
siapapun, hendaknya cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya juga lebih daripada
cinta kepada selain keduanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang di antaramu hanya dianggap telah beriman bila aku (Rasulullah)
lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.”
(HR. Al-Bukhari 63)
Semoga Allah memberikan petunjuk menuju jalan yang lurus.